Siapa Bilang Ahli Nuklir Indonesia Minim

ilustrasi

JAKARTA – Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) menepis tudingan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang menyebut bahwa sejumlah insinyir nuklir Tanah Air minim kegiatan.

Menurut Yarianto S Budi Susilo, Nuclear Engineering, Environmental Science - BATAN bahwa selama ini sudah banyak yang dilakukan ahli nuklir Indonesia di beberapa bidang. Jadi tidak tepat bila dikatakan minim kegiatan.

"Siapa bilang sarjana nuklir minim kegiatan, kita banyak kerjaannya. Toh ahli nuklir kan bukan ngurusin reaktor saja," ujar Yarianto kepada Okezone di Jakarta Kamis (29/9/2012).

Baginya, BATAN misalnya tidak melulu mengurusi soal reaktor, ada sejumlah bidang yang menjadi fokus pengembangan teknologi nuklir. “Teknologi kesehatan misalnya radio isotop yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengobati penyakit," jelasnya.

Seperti diketahui, Dahlan sebelumnya  menuturkan bahwa banyak sarjana-sarjana nuklir telah lulus, namun masih minim kegiatan. Ia pun manganjurkan Batan Teknologi untuk mengirimkan sarjana atau lulusan sekolah nuklir ke Amerika Serikat (AS).

"Sekarang banyak sarjana nuklir di Indonesia tetapi minim kegiatan dibidang nuklir maka harusnya dioptimalkan untuk bergabung di AS," ungkap Dahlan di Gedung DPR-RI, Jakarta, Selasa (25/9/2012).

Menteri yang terkenal dengan sosok yang sederhana ini juga mengatakan bahwa sarjana yang nantinya dibawa Batan Teknologi ke AS haruslah mereka yang berusia di kisaran 25 tahun.

"Anak-anak yang dikirim usianya umumnya 25 tahun," kata Dahlan.

Menurut Dahlan, Batan Teknologi harus sarjana lulusan sekolah nuklir ke AS, karena PT Batan Teknologi punya peluang menjadi produsen radio isotop atau kedokteran nuklir terbesar. "Sehingga harus dikelola oleh sarjana nuklir yang muda-muda," tukas dia.

• 
• 
• 
• 
• 
• 
• 
•